Kanker payudara adalah jenis kanker yang terjadi ketika sel-sel yang membentuk jaringan payudara mengalami pertumbuhan tidak terkendali. Sel-sel kanker ini dapat membentuk massa atau tumor yang dapat menjadi ganas jika mereka menyebar ke jaringan tubuh lainnya. Kanker payudara adalah salah satu jenis kanker yang paling umum terjadi pada wanita.
Gejala kanker payudara dapat beragam, tetapi gejala yang paling umum adalah perubahan bentuk atau ukuran payudara, benjolan yang teraba, nyeri atau rasa sakit pada payudara, perubahan pada kulit payudara, atau keluarnya cairan dari puting susu. Namun, perlu diingat bahwa kanker payudara dalam beberapa kasus juga dapat tidak menimbulkan gejala.
Kemenkes RI menyatakan di antara lebih dari 200 jenis kanker yang ada, kanker payudara merupakan jenis kanker terbanyak di dunia, termasuk di Indonesia. Tercatat sebanyak 2,3 juta perempuan di dunia didiagnosis kanker payudara. Di Indonesia, jumlah penderita kanker payudara diperkirakan bertambah sekitar 65.000 kasus baru setiap tahun.
Data Globocan tahun 2020, jumlah kasus baru kanker payudara mencapai 68.858 kasus (16,6%) dari total 396.914 kasus baru kanker di Indonesia. Sementara itu, untuk jumlah kematiannya mencapai lebih dari 22 ribu jiwa kasus. Berdasarkan data BPJS Kesehatan pada tahun 2020, kanker menjadi penyakit katastropik dengan pembiayaan terbesar kedua setelah penyakit jantung yaitu sebesar 3,5 triliun rupiah. Diketahui 1 dari 8 wanita dapat mengidap kanker payudara selama hidupnya.
Penyebab Kanker Payudara
Sampai saat ini, belum diketahui secara pasti mengenai penyebab kanker payudara yang terjadi dalam tubuh seseorang. Namun beberapa hal dapat memicu munculnya kanker payudara, di antaranya sebagai berikut:
1. Perokok aktif maupun pasif
2. Haid pertama pada umur kurang dari usia 12 tahun
3. Tidak pernah menyusui anak
4. Melahirkan anak pertama setelah umur 35 tahun.
5. Pola makan yang buruk.
6. Riwayat penyakit kanker pada anggota keluarga
Faktor Risiko Kanker Payudara
Penyebab kanker payudara tidak selalu dapat diidentifikasi dengan pasti, tetapi ada beberapa faktor yang telah diidentifikasi sebagai peningkat risiko untuk mengembangkan kanker payudara. Beberapa faktor risiko utama tersebut itu meliputi:
a. Faktor Genetik: Mutasi gen tertentu, seperti BRCA1 dan BRCA2, dapat meningkatkan risiko kanker payudara. Jika seseorang memiliki riwayat keluarga dengan kanker payudara atau mutasi genetik tertentu, risiko mereka dapat meningkat.
b. Usia dan Jenis Kelamin: Risiko kanker payudara meningkat seiring bertambahnya usia. Kanker payudara lebih sering terjadi pada wanita yang lebih tua. Kanker payudara jauh lebih umum pada wanita daripada pada pria.
c. Hormon Seks dan Hormon Reproduksi : Paparan jangka panjang terhadap hormon estrogen, terutama dalam bentuk terapi hormon pasca-menopause atau penggunaan kontrasepsi hormonal, dapat meningkatkan risiko. Selain itu, ada beberapa faktor yang mempengaruhi hormon reproduksi, seperti mulai menstruasi pada usia muda atau menopause pada usia yang lebih tua, juga dapat berkontribusi pada risiko.
d. Kondisi Genetik Kelainan: Beberapa kondisi genetik tertentu, seperti sindrom Li-Fraumeni atau Cowden, juga dapat meningkatkan risiko kanker payudara.
e. Gaya Hidup: Faktor gaya hidup seperti konsumsi alkohol yang berlebihan, obesitas, kurangnya aktivitas fisik, merokok, dan pola makan yang tidak sehat dapat meningkatkan risiko.
f. Paparan Radiasi: Paparan radiasi ionisasi di daerah dada misalnya, dalam pengobatan kanker atau pemeriksaan radiologi yang dapat meningkatkan risiko kanker payudara.
Tips Mengurangi Risiko Terkena Kanker Payudara
Dalam mengurangi risiko terkena kanker payudara atau mendeteksinya sejak dini, Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta menghimbau setiap perempuan untuk melakukan Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) dan Pemeriksaan Payudara secara Klinis yang dilakukan oleh tenaga kesehatan (SADANIS) secara berkala dengan tujuan menemukan benjolan dan tanda-tanda abnormal pada payudara sedini mungkin agar dapat dilakukan tindakan secepatnya.
SADARI dan SADANIS dapat dilakukan setiap bulan pada hari ke 7 hingga ke 10 terhitung dari hari pertama haid, atau pada tanggal yang sama setiap bulan bagi perempuan yang sudah menopause. Dengan melakukan kedua pemeriksaan ini secara berkala, kanker payudara dapat ditemukan pada stadium dini dan meningkatkan angka harapan hidup pada penderitanya. Oleh karena itu, deteksi dini sangat penting dalam mengelola kanker payudara. Selain itu ada beberapa tindakan pencegahan dan praktik kesehatan yang dapat diikuti, di antaranya:
1. Pola Hidup CERDIK: Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta terus mengajak dan mengedukasi masyarakat Jakarta untuk menghindari penyakit kanker dengan menjalankan pola hidup CERDIK yaitu Cek kesehatan berkala; Enyahkan asap rokok; Rajin aktivitas fisik; Diet seimbang; Istirahat cukup; Kelola stres.
2. Lakukan mamografi: Jalani mamografi secara teratur sesuai dengan panduan medis dan rekomendasi dokter. Mamografi adalah alat penting untuk deteksi dini kanker payudara, terutama pada wanita di atas usia 40 tahun.
3. Perhatikan Kontrasepsi Hormonal: Diskusikan penggunaan kontrasepsi hormonal dengan dokter. Beberapa metode kontrasepsi hormonal dapat mempengaruhi risiko kanker payudara, jadi penting untuk memilih metode yang sesuai dengan kebutuhan.
4. Menyusui bayi: Menyusui bayi kita dapat membantu mengurangi risiko kanker payudara. ASI eksklusif selama beberapa bulan dapat memberikan manfaat tambahan untuk tubuh kita terhindar dari penyakit tersebut.
5. Identifikasi faktor risiko genetik: Apabila kita memiliki riwayat keluarga dengan kanker payudara, bicarakan dengan dokter. Jika kita memenuhi syarat, lakukan program pemeriksaan khusus atau tes genetik untuk mengidentifikasi faktor risiko genetik.
Referensi:
Dinkes Jakarta, diaksses pada 2024. Tips Mengurangi Risiko Penyakit Kanker Payudara
dinkes.jakarta.go.id/berita/read/tips-mengurangi-risiko-penyakit-kanker-payudara