Gak Perlu Takut, Yuk Deteksi Dini Kanker Serviks

Kanker Serviks: Gejala, Deteksi Dini, Pencegahan, dan Pengobatannya

Kanker serviks, atau kanker leher rahim, merupakan salah satu jenis kanker yang paling banyak menyerang wanita di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Penyakit ini menjadi penyebab kematian kanker kedua terbesar di kalangan perempuan setelah kanker payudara. Meskipun kanker serviks sering kali berkembang perlahan tanpa gejala pada tahap awal, deteksi dini sangat penting untuk meningkatkan peluang kesembuhan. Artikel ini akan membahas secara mendalam tentang penyebab, gejala, deteksi, pencegahan, serta pengobatan kanker serviks.

Apa Itu Kanker Serviks?

Kanker serviks terjadi ketika sel-sel tidak normal tumbuh di leher rahim (serviks), bagian bawah rahim yang menghubungkan rahim dengan vagina. Pada awalnya, kanker serviks bisa berkembang dari sel-sel yang tidak normal (disebut displasia) yang kemudian berkembang menjadi tumor ganas jika tidak terdeteksi dan ditangani. Penyebab utama kanker serviks adalah infeksi oleh Human Papillomavirus (HPV), terutama jenis virus HPV tipe 16 dan 18 yang menjadi penyebab sebagian besar kasus kanker serviks.

Penyebab Kanker Serviks

Seperti telah disebutkan, penyebab utama kanker serviks adalah infeksi HPV yang ditularkan melalui hubungan seksual. Sebagian besar infeksi HPV bersifat sementara dan bisa sembuh dengan sendirinya, namun infeksi yang berlangsung lama atau kronis dapat menyebabkan perubahan sel di leher rahim yang berpotensi berkembang menjadi kanker.

Faktor risiko lain yang dapat meningkatkan peluang seorang wanita terkena kanker serviks antara lain:

  1. Faktor Keturunan: Riwayat keluarga dengan kanker serviks dapat meningkatkan risiko Anda.
  2. Sistem Kekebalan Tubuh yang Lemah: Wanita dengan sistem kekebalan tubuh yang rendah, seperti penderita HIV/AIDS, berisiko lebih tinggi.
  3. Kebiasaan Merokok: Merokok dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh dan memudahkan infeksi HPV berkembang menjadi kanker.
  4. Pola Makan Tidak Sehat: Kurangnya konsumsi buah dan sayuran dapat berkontribusi pada penurunan daya tahan tubuh.
  5. Obesitas: Wanita dengan berat badan berlebih cenderung memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena kanker serviks.
  6. Riwayat Penyakit Menular Seksual: Infeksi yang ditularkan melalui hubungan seksual, seperti klamidia dan gonore, dapat meningkatkan risiko kanker serviks.
  7. Usia Muda saat Melakukan Hubungan Seksual: Terutama jika Anda mulai berhubungan seksual sebelum usia 18 tahun, Anda berisiko lebih tinggi terinfeksi HPV.
  8. Sering Hamil atau Melahirkan di Usia Muda: Perempuan yang hamil banyak kali atau hamil pada usia muda juga memiliki risiko lebih tinggi.

Gejala Kanker Serviks

Kanker serviks pada umumnya tidak menunjukkan gejala yang jelas pada tahap awal. Namun, pada stadium lanjut, gejala-gejala yang muncul bisa sangat mengganggu. Berikut adalah gejala yang perlu diwaspadai:

Gejala Awal:

  • Pendarahan Abnormal: Pendarahan di luar periode menstruasi, pendarahan setelah berhubungan seksual, atau pendarahan setelah menopause. Ini bisa menjadi tanda peringatan pertama.
  • Keputihan yang Tidak Normal: Keputihan yang berbau busuk, bercampur darah, atau mengeluarkan cairan yang tidak biasa.
  • Nyeri Panggul: Nyeri pada bagian panggul atau saat berhubungan seksual yang tidak biasa.
  • Lelah Berlebihan: Tubuh yang mudah lelah meski telah cukup beristirahat, sering kali akibat kehilangan darah.
  • Sering Buang Air Kecil: Kanker yang menyebar ke kandung kemih dapat menyebabkan penderita merasa sering ingin buang air kecil.

Gejala Stadium Lanjut:

  • Penurunan Nafsu Makan dan Berat Badan: Kehilangan nafsu makan yang menyebabkan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan.
  • Darah pada Urin dan Feses: Kanker yang menyebar dapat menyebabkan darah dalam urin atau feses.
  • Perut Membesar: Sel kanker yang berkembang dapat memicu pembesaran perut, terkadang disertai benjolan.
  • Gangguan Pencernaan: Mual, muntah, diare, atau sembelit sebagai tanda kanker telah menyebar ke organ lain.

Cara Deteksi Kanker Serviks

Deteksi dini adalah kunci untuk pengobatan yang lebih efektif. Pemeriksaan rutin seperti Pap Smear dan Tes HPV dapat membantu mendeteksi sel-sel abnormal pada leher rahim sebelum berkembang menjadi kanker. Berikut adalah beberapa metode deteksi kanker serviks:

  1. Pap Smear: Pemeriksaan rutin ini mengumpulkan sampel sel dari leher rahim untuk memeriksa adanya perubahan sel yang mencurigakan. Pap smear adalah cara utama untuk deteksi dini kanker serviks.
  2. Tes HPV: Tes ini dilakukan untuk mendeteksi adanya infeksi HPV, virus yang menjadi penyebab utama kanker serviks. Tes HPV dapat dilakukan bersamaan dengan pap smear untuk mendeteksi jenis HPV berisiko tinggi.
  3. Biopsi: Jika hasil Pap Smear atau tes HPV mencurigakan, dokter akan mengambil sampel jaringan dari leher rahim untuk diperiksa lebih lanjut di laboratorium.
  4. Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA): Ini adalah metode deteksi yang dilakukan dengan cara mengoleskan larutan asam asetat pada leher rahim. Jika ada perubahan abnormal, bagian tersebut akan tampak berwarna putih, menandakan adanya sel kanker.

Pencegahan Kanker Serviks

Meskipun kanker serviks bisa menjadi penyakit yang serius, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mencegahnya, di antaranya:

  1. Vaksinasi HPV: Vaksinasi HPV adalah cara terbaik untuk mencegah infeksi HPV yang bisa menyebabkan kanker serviks. Vaksin ini sangat efektif bila diberikan sebelum seseorang menjadi aktif secara seksual. Vaksinasi HPV disarankan untuk perempuan dan laki-laki berusia 9-26 tahun.
  2. Pola Hidup Sehat: Menjaga pola makan yang sehat, rajin berolahraga, dan menghindari kebiasaan merokok adalah langkah penting untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan mengurangi risiko infeksi HPV.
  3. Hindari Seksual Berisiko: Hindari hubungan seksual di usia terlalu muda dan berganti pasangan seksual. Gunakan kondom untuk melindungi diri dari infeksi menular seksual yang dapat meningkatkan risiko HPV.
  4. Pemeriksaan Rutin: Lakukan pemeriksaan Pap Smear dan tes HPV secara rutin, terutama bagi perempuan yang sudah aktif secara seksual atau yang berusia di atas 30 tahun.

Pengobatan Kanker Serviks

Jika kanker serviks di diagnosis, pengobatannya tergantung pada stadium kanker dan kondisi pasien. Pengobatan yang umum dilakukan untuk kanker serviks meliputi:

  1. Radioterapi: Terapi ini menggunakan sinar radiasi untuk membunuh sel kanker. Radiasi bisa dilakukan sebelum atau setelah operasi, atau bersamaan dengan kemoterapi pada stadium lanjut.
  2. Kemoterapi: Menggunakan obat-obatan untuk menghancurkan sel kanker. Kemoterapi sering dilakukan pada kanker serviks stadium lanjut atau kanker yang telah menyebar ke organ lain.
  3. Operasi: Pada kanker serviks stadium awal, tindakan pembedahan untuk mengangkat tumor atau sebagian besar rahim dapat dilakukan. Terkadang, dokter akan melakukan histerektomi (pengangkatan rahim) untuk memastikan kanker tidak menyebar.
  4. Imunoterapi dan Terapi Target: Pada beberapa kasus kanker serviks yang lebih sulit diobati, terapi imun dan terapi target yang lebih baru dapat digunakan untuk membantu tubuh melawan kanker.

Kesimpulan

Kanker serviks adalah penyakit yang serius, namun dapat dicegah dan diobati jika terdeteksi sejak dini. Pemeriksaan rutin seperti Pap Smear, vaksinasi HPV, dan menjaga gaya hidup sehat dapat membantu mencegah kanker serviks. Jika Anda mengalami gejala-gejala yang mencurigakan atau memiliki faktor risiko tinggi, segera lakukan pemeriksaan ke dokter. Ingat, deteksi dini adalah kunci untuk menghindari kanker serviks yang lebih parah dan meningkatkan kualitas hidup Anda.

Referensi:
Kemenkes, diakses pada 2024. Gak Perlu Takut, Yuk Deteksi Dini Kanker Serviks?,
yankes.kemkes.go.id/view_artikel/3191/bagaimana-penanganan-kanker-kolon