Pengetahuan Ibu Hamil tentang Anemia dengan Perilaku Pencegahan Anemia Pada Ibu Hamil

Apa itu Anemia?
Anemia adalah suatu kondisi medis dimana jumlah sel darah merah atau hemoglobin kurang dari normal. Untuk mengetahui Hubungan pengetahuan ibu hamil tentang anemia dengan perilaku pencegahan anemia pada ibu hamil di wilayah kerja puskesmas Pekan Heran. Adapun metode yang digunakan adalah metode analitik dengan teknik pengambilan sampel yang yaitu accidental sampling dengan jumlah responden 74 ibu hamil. Hasil penelitian mengenai hubungan pengetahuan ibu hamil tentang anemia dengan perilaku pencegahan anemia pada ibu hamil di wilayah kerja puskesmas pekan didapatkan hasil ibu hamil yang berpengetahuan cukup sebanyak 47,3%, berpengetahuan kurang sebanyak 40,5%, berpengetahuan baik sebanyak 12,2%. Hasil pengukuran pencegahan anemia pada ibu hamil didapatkan hasil yang tidak melakukan pencegahan anemia pada ibu hamil sebanyak 73%, sedangkan yang melakukan pencegahan anemia pada ibu hamil sebanyak 27%.

Anemia pada kehamilan merupakan salah satu masalah nasional karena mencerminkan nilai kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat dan pengaruhnya sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Anemia pada ibu hamil disebut potensial membahayakan ibu dan anak. Oleh karena itulah anemia memerlukan perhatian serius dari semua pihak yang terkait dalam pelayanan kesehatan (Manuaba, 2010).

WHO 2015 melaporkan bahwa prevalensi ibu-ibu hamil di seluruh dunia yang mengalami anemia sebesar 41, 8%. Prevalensi di antara ibu hamil bervariasi dari 31% di Amerika Selatan hingga 64% di Asia bagian selatan. Gabungan Asia selatan dan Tenggara turut menyumbang hingga 58% total penduduk yang mengalami anemia di negara berkembang. Di Amerika Utara, Eropa dan Australia jarang dijumpai anemia karena defisiensi zat besi selama kehamilan. Bahkan di AS hanya terdapat sekitar 5% anak kecil dan 5-10 % wanita dalam usia produktif yang menderita anemia karena defisiensi zat besi ( WHO 2015).

Di Indonesia angka anemia pada ibu hamil masih cukup tinggi. Berdasarkan hasil data Riskesdas 2018, persentase anemia pada ibu hamil yang mengalami peningkatan selama 5 tahun terakhir yaitu dari tahun 2013 sampai tahun 2018. Pada Riskesdas tahun 2013 sebesar 37,15% sedangkan hasil Riskesdas 2018 telah mencapai 48,9% sehingga dapat disimpulkan selama 5 tahun terakhir masalah anemia pada ibu hamil telah meningkat sebesar 11,8%. Dari data tahun 2018, jumlah ibu hamil yang mengalami anemia paling banyak pada usia 15-24 tahun sebesar 84,6%, usia 25-34 tahun sebesar 33,7%, usia 35-44 tahun sebesar 33,6%, dan usia 45-54 tahun sebesar 24%. Prevalensi anemia dan risiko kurang energi kronis pada perempuan usia subur sangat mempengaruhi kondisi kesehatan anak pada saat dilahirkan termasuk berpotensi terjadinya berat badan lahir rendah (Kemenkes RI, 2018).

Angka kematian ibu dan bayi di Indonesia hingga saat ini masih terbilang cukup tinggi. Data dari tahun 2015 yang dilakukan oleh Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) menyebutkan angka kematian ibu cukup tinggi dengan 305 per 100.000 penduduk. Sementara angka kematian bayi pada tahun 2017 sebesar 24 kasus per 1.000 kelahiran hidup.
Salah satu yang menjadi penyebab tingginya angka kematian ibu tersebut adalah Anemia Difisiensi yang diderita ibu hamil. Oleh karena itulah dibutuhkan penyuluhan secara aktif kepada para ibu hamil agar mewaspadai bahayanya anemia di masa kehamilan tersebut. Sebagaimana yang juga turut dilakukan oleh Muhammadiyah Medical Student’s Activity Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (MMSA FKIK).
Penyuluhan tersebut dilakukan dalam bentuk Webinar dan edukasi mengenai “Pengoptimalan Gizi Guna Pencegahan Penurunan Angka Anemia Defisiensi Besi Kehamilan dan Stunting Pada Anak”. dr. Alfum Dhiya An, M.Kes., Sp.OG dalam pemaparannya mengatakan bahwa anemia adalah suatu kondisi dimana kadar Hemoglobin (HB) dalam darah kurang dari 12 gr% dan ibu hamil yang kekurangan gizi atau malnutrisi dapat menyebabkan anemia.
“Ketika asupan gizi pada ibu hamil minimalis, dikarenakan faktor zat gizi yang kurang, maka hal itu akan menyebabkan anemia. Anemia dalam kehamilan ini adalah kondisi dimana kadar HB ibu hamil kurang dari 11 gr% pada trisemester 1 dan 2, serta kurang dari 10,9 gr% pada trisemester ketiga,” jelasnya.
Sebagai pencegahan dari munculnya anemia pada masa kehamilan tersebut, dr. Alfum pun mengimbau agar ibu hamil rajin mengonsumsi makanan yang kaya akan kandungan zat besi, mengonsumsi suplemen zat besi, atau tablet penambah darah selama 90 hari masa kehamilan.
“Anemia ini harus dihindari oleh para ibu hamil karena dampak dari anemia pada ibu hamil itu sendiri yakni keguguran, pendarahan selama kehamilan, persalinan premature, gangguan janin, gangguang persalinan dan masa nifas. Pemantauan kadar HB pada ibu hamil dalam masa kehamilan itu sangat penting salah satunya pemantauan HB minimal 2x selama kehamilan di bulan ke 1-3 dan bulan ke 7-9,” imbuh dr. Alfum lagi.

Pencegahan
Pemenuhan gizi seimbang akan membantu ibu hamil mencegah anemia. Prinsip memenuhi gizi seimbang bagi ibu hamil adalah mengkonsumsi beraneka ragam pangan yang jumlahnya seimbang. Porsi makan pun bertambah karena kebutuhan gizi meningkat. Jika sebelum hamil ibu makan dan memenuhi gizi untuk diri sendiri, saat hamil ibu harus memenuhi kebutuhan janin juga dan persiapan melahirkan.

  1. Zat gizi utama
    Sama seperti pemenuhan gizi saat sebelum hamil, yaitu memenuhi kebutuhan zat gizi utama seperti energi, protein, lemak, dan karbohidrat, hanya saja jumlahnya meningkat. Pemenuhi protein perlu perhatian lebih karena protein penting untuk pertumbuhan jaringan tubuh ibu dan janin.
    Pemenuhan protein bisa diperoleh dari lauk pauk yang dikonsumsi. Jika biasanya ibu hanya mengkonsumsi 2 bahkan hanya 1 jenis lauk di setiap makan, sebainya porsinya ditambah. Setiap kali makan disarankan ada 2 jenis lauk hewani dan 1 lauk nabati, serta tentunya sayur dan buah-buahan. Jangan lupa selingan di jeda makan utama. Pemilihan selingan atau camilan pun harus diperhatikan. Hindari camilan yang berlemak, terlalu manis, dan makanan yang diawetkan.
  2. Zat Besi
    Zat besi adalah mineral yang berperan penting dalam pembentukan Hemoglobin (Hb). Sumber zat besi pada makanan ada pada lauk hewani seperti daging, ikan, ayam. Sumber pada lauk nabati seperti tahu, kacang-kacangan, dan sayur-sayuran yang berwarna hijau seperti bayam dan brokoli,
  3. Asam Folat
    Kebutuhan asam folat pada ibu hamil sangat penting untuk dipenuhi, bahkan sebaiknya dipenuhi saat merencanakan kehamilan. Kekurangan asam folat saat hamil menyebabkan tubuh menjadi lemas dan lelah. Selain itu dapat menghambat dan mengganggu perkembangan janin dalam kandungan. Sumber asam folat pada makanan ada pada telur, sayuran daun hijau, seperti bayam, brokoli, seledri, buncis, lobak hijau, atau selada. Kacang-kacangan, seperti kacang polong, kacang merah, kacang kedelai, kacang hijau. Buah-buahan seperti jeruk, alpukat, papaya, pisang.
  4. Vitamin B12
    Vitamin B12 juga diperlukan tubuh untuk membantu produksi sel darah merah. Sumber vitamin B12 ada pada kacang kedelai termasuk susu kedelai, ikan, daging ayam, telur, susu, yoghurt.
  5. Vitamin C
    Vitamin C membantu tubuh menyerap zat besi dari makanan secara lebih efisien.
    Sumber vitamin C ada pada buah-buahan seperti jeruk, jambu biji, papaya, stroberi.
    Selain memenuhi kebutuhan gizi tersebut, sebaiknya ibu hamil menghindari makanan yang mengandung zat penghambat penyerapan zat besi, seperti kafein pada kopi dan zat tannin pada teh. Tentunya selain memperoleh asupan gizi dari makanan, ibu hamil juga disarankan mengkonsumsi suplemen tambahan. Biasanya ibu hamil diberikan tablet tambah darah atau suplemen lainnya oleh dokter kandungan atau bidan yang merawat.

Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, diperoleh pengetahuan ibu hamil tentang anemia dengan perilaku pencegahan anemia pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Pekan Heran tahun 2023 sebagai berikut :

  1. Hasil pengukuran pengetahuan ibu hamil tentang anemia pencegahan anemia pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Pekan Heran tahun 2023 mayoritas atau 35 orang dari 74 orang responden (47.3%) berpengetahuan cukup tentang anemia.
  2. Hasil pengukuran Perilaku ibu hamil tentang anemia pencegahan anemia pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Pekan Heran Tahun 2023 mayoritas atau 54 orang dari 74 orang responden (82.4%) berperilaku tidak mencegah anemia.
  3. Hasil pengukuran Hubungan pengetahuan ibu hamil tentang anemia terhadap perilaku pencegahan anemia pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Pekan Heran tahun 2023 didapatkan hasil p value 0.000(<0,05) terlihat ada hubungan antara pengetahuan anemia dengan perilaku pencegahan anemia.

Referensi:
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, diakses pada 2024. Anemia Berbahaya Bagi Ibu Hamil
umy.ac.id/anemia-berbahaya-bagi-ibu-hamil
RSU Negara, diakses pada 2024. Cegah Anemia Pada Masa Kehamilan
rsu.jembranakab.go.id/berita/read/16/cegah-anemia-pada-masa-kehamilan.html
Universitas Adiwangsa Jambi, diakses pada 2024. Jurnal Kesehatan ibu dan anak. (penyusun jurnal: Afrinda Novela, Yopi Wulandhari, Anjeli Ratih Syamlingga Putri)
ejournal.unaja.ac.id/index.php/KIA/article/view/860/657

Artikel ini disusun oleh: Rizky .N