Abstrak
Ibu dan anak merupakan kelompok yang rentan terkena masalah kesehatan. Program kesehatan ibu dan anak (KIA) selama ini dianggap belum berjalan dengan baik sehingga Indonesia termasuk Negara dengan AKI tinggi di Asean. Kajian ini menggunakan metode kualitatif yang bersifat studi pustaka. Analisis menggunakan buku-buku dan literatur-literatur lainnya sebagai objek utama untuk menjawab pertanyaan penelitian. Kajian ini ditujukan untuk memberikan informasi dan menganalisis terkait capaian dan beberapa faktor yang memengaruhi pencapaian status kesehatan ibu dan bayi, dan harapan ke depan agar lebih baik.
PENDAHULUAN
Secara umum kesehatan reproduksi merupakan permasalahan global dan mendapat perhatian khusus secara internasional. Hal ini bermula sejak adanya International Conference on Population and Developmen (ICPD) di Kairo Mesir pada tahun 1994. Pada saat itu, paradigma pengelolaan masalah kependudukan dan pembangunan berorientasi pada pengendalian populasi dan penurunan fertilitas, kemudian berubah menjadi pendekatan yang lebih luas yaitu fokus pada kesehatan reproduksi serta upaya pemenuhan hak-hak reproduksi. Dengan demikian penanganan kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana (KB), kesehatan reproduksi remaja, pencegahan dan penanggulangan infeksi menular seksual (IMS) termasuk HIV/AIDS serta kesehatan reproduksi usia lanjut (lansia) mengalami perubahan. Pendekatan yang digunakan adalah upaya peningkatan kualitas hidup manusia sejak janin dalam kandungan dan sangat tergantung pada kesejahteraan ibu (termasuk kesehatan dan keselamatan reproduksinya).
PEMBAHASAN
Capaian Status Kesehatan Ibu Dan Bayi
- Kesehatan Ibu
AKI merupakan indikator untuk melihat keberhasilan program kesehatan ibu dan menilai derajat kesehatan masyarakat. AKI adalah rasio kematian ibu selama masa kehamilan, persalinan dan nifas yang disebabkan oleh kehamilan, persalinan, dan nifas atau pengelolaannya, tetapi bukan karena sebak-sebab lain, seperti kecelakaan atau terjatuh di setiap 100.000 kelahiran hidup.
Secara umum capaian AKI pada tahun 2015 mengalami penurunan jika dibandingkan dengan AKI pada tahun 1991 yaitu dari 390 menjadi 305 per 100.000 kelahiran hidup. Namun penurunan tersebut masih belum mencapai target MDGs yaitu sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup. AKI pada tahun 2015 tersebut menunjukkan tiga kali lipat lebih banyak dibanding target MDGs. Lihat gambar berikut.
Gambar 1. Angka Kematian Ibu di Indonesia Tahun 1991 – 2015
Secara nasional, cakupan pelayanan kesehatan bumil K4 pada tahun 2018 (88.03%) sudah melebihi target Renstra Kemkes tahun 2018 (78%). Jika dilihat dari tren pertumbuhannya juga terus meningkat. Pada gambar 2 dapat dilihat bahwa cakupan pelayanan kesehatan bumil K4 tahun 2006 sebesar 79,63% dan sampai tahun 2018 terus mengalami peningkatan menjadi 88,03%.
Gambar 2. Cakupan Pelayanan Kesehatan Bumil K4 Di Indonesia tahun 2006-2018
Namun jika target nasional tersebut diproyeksikan ke tingkat provinsi, maka masih ada 9 provinsi yang belum mencapai target nasional (78%) yaitu: Papua (40,74%), Papua Barat (49,30%), NTT (52,01%), Sulawesi Barat (68,13%), Maluku Utara (73,26%), Maluku (74,04%), Riau (74,81%), DI Yogyakarta (75,26%), dan Sulawesi Tenggara (77,87%). Kondisi ini sangat berkaitan erat dengan kondisi geografis dan kemudahan sarana/prasarana transportasi serta kualitas pelayanan kesehatan ibu yang masih kurang.
- Kesehatan bayi
Secara umum upaya kesehatan bayi sudah menunjukkan hasil yang baik, terlihat dari angka kematian bayi dari tahun ke tahun yang menunjukkan penurunan. Hasil Survei Demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017 menunjukkan AKB sebesar 24 per 1000 kelahiran hidup.
Harapan Kedepan
Status kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu indikator penting dalam mengukur derajat kesehatan suatu Negara. Untuk itu prioritas dalam penyelenggaraan upaya kesehatan adalah ibu dan anak. Hal ini dikarenakan ibu dan anak merupakan kelompok yang rentan. Dikatakan rentan karena terkait dengan fase kehamilan, persalinan dan nifas pada ibu serta fase tumbuh kembang pada anak. Untuk itu upaya kesehatan ibu dan anak menjadi salah satu prioritas dalam pembangunan kesehatan di Indonesia.
Secara umum capaian target angka kematian ibu dan bayi masih berada di atas capaian target MDGs. Agar pencapaian status kesehatan ibu dan bayi dapat lebih baik, untuk kedepannya ada 4 faktor yang perlu diperhatikan, yaitu:
- Meningkatkan akses dan cakupan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir berkualitas yang cost-effective dan berdasarkan bukti-bukti. Hal ini sangat penting dan ketersediaan data yang akurat menjadi kunci efektifitas sebuah program. Karena, ketidaktersediaan data yang akurat dapat menjadi risiko tidak bisa mengetahui besarnya masalah yang sesungguhnya.
- Membangun kemitraan yang efektif melalui kerjasama lintas program, lintas sektor dan mitra lainnya untuk melakukan advokasi guna memaksimalkan sumber daya yang tersedia serta meningkatkan koordinasi perencanaan dan kegiatan MPS. Untuk dapat menurunkan angka kematian ibu dan bayi tidak saja menjadi tanggung jawab kementerian kesehatan.
- Mendorong pemberdayaan perempuan dan keluarga melalui peningkatan pengetahuan untuk menjamin perilaku sehat dan pemanfaatan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir. Pengetahuan yang rendah menjadi salah satu permasalan dalam mencapai target kesehatan ibu dan bayi. Untuk itu upaya komunikasi informasi, dan edukasi (KIE) yang terus menerus dan menyeluruh disegala lapisan masyarakat sangat diperlukan.
- Mendorong keterlibatan masyarakat dalam menjamin penyediaan dan pemanfaatan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir. Biasanya pada provinsi dengan cakupan persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan rendah dikarenakan akses ke fasilitas pelayanan kesehatannya yang relatif sulit baik dikarenakan faktor geografis maupun karena keterbatasan sarana dan prasarana transportasi.
Kesimpulan
Secara umum angka kematian ibu dan bayi berdasarkan data dari profil Kesehatan tahun 2019 capaiannya masih berada di atas target MDGs. Faktor masih belum memadainya ketersediaan pelayanan kesehatan ibu menjadi salah satu permasalahan yang dihadapi dalam penurunan angka kematian ibu dan bayi.
Penyebab utama kematian ibu adalah hipertensi pada masa kehamilan dan perdarahan paska melahirkan. Sementara itu, penyebab masih tingginya angka kematian bayi karena kematian janin dalam kandungan sebanyak 29,5%, berat badan bayi lahir rendah sebanyak 11,2%, pneumonia dan diare.
Secara khusus capaian indikator pelayanan kesehatan ibu dan bayi sudah mencapai target nasional walaupun jika diproyeksikan ke tingkat provinsi, masih ada beberapa provinsi yang belum mencapai target nasional. Hal ini dikarenakan kondisi geografi, ketersediaan sarana dan prasarana, serta masih rendahnya keterlibatan lintas sektor
Referensi:
Jurnal DPR RI, diakses pada 2024. Pencapaian Status Kesehatan Ibu dan Bayi
jurnal.dpr.go.id/index.php/kajian/article/viewFile/1889/897