Abstrak
Salah satu penyebabnya adalah abortus dengan prevalensi 5%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan anemia, dan penyakit ibu dengan kejadian abortus. Metode: Jenis penelitian menggunakan analitik obsevasional dengan menggunakan desain cross sectional. Teknik pengambilan sampel total sampling, dengan jumlah sampel sebanyak 46 responden. Data diambil dengan observasi data retrospektif catatan medik responden. Teknik analisa menggunakan uji Chi-Square. Hasil: Hasil uji statistik ada hubungan yang signifikan antara anemia dengan kejadian abortus (pv=0.035), ada hubungan yang signifikan antara penyakit ibu dengan kejadian abortus (pv=0.017) Kesimpulan: Faktor maternal yang melekat pada ibu seperti status hemoglobin dan penyakit ibu perlu di monitoring, pemantauan ini dapat dilakukan pada saat ibu melakukan kunjungan ANC, karena itu disarankan ibu tetap mengkonsumsi tablet zat besi selama kehamilan sebanyak 90 tablet untuk mencukupi kebutuhan hemoglobin, dan juga melakukan kunjungan ANC secara teratur.
Proses kehamilan merupakan mata rantai yang berkesinambungan dan terdiri dari ovulasi, pelepasan ovum dan terjadi migrasi spermatozoa dan ovum, terjadi konsepsi, implantasi, dan pertumbuhan hasil konsepsi sampai aterm pada umumnya. Salah satu komplikasi terbanyak pada masa kehamilan, terjadi perdarahan. Perdarahan dapat terjadi pada setiap usia kehamilan. Pada kehamilan muda sering dikaitkan dengan kejadian abortus. Setiap kehamilan muda yang kita temui, maka akan terpikir oleh kita dari akibat perdarhanan tersebut, tindakan yang akan dilakukan dan penyebab perdarahan yang dapat menyebabkan kegagalan kelangsungan kehamilan itu sendiri Penanganan abortus yang tidak dilakukan secara cepat dan tepat dapat beresiko infeksi dan menyebabkan kematian pada Ibu hamil. Penyebab abortus bervariasi dan sering diperdebatkan, umumnya lebih dari satu penyebab, penyebab terbanyak factor genetic, kelainan kongenital uterus, auto imun, defek fase luteal, infeksi, hematologi dan lingkungan.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian analitik kuantitatif dengan menggunakan desain cross sectional. Data diambil dengan data retrospektif catatan medik responden. Teknik pengambilan sampel menggunakan total sampling yaitu 46 responden. Teknik Analisa data menggunakan uji statistk Chi-Square.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik responden berdasarkan Tabel 1. diketahui bahwa distribusi karakteristik responden mayoritas ibu tidak mengalami anemia sebanyak 35 responden (76,1%). Status penyakit responden mayoritas responden mayoritas tidak memiliki penyakit berjumlah 25 responden (54,3%).
MEDIKA – VOLUME 1, NO. 3, AGUSTUS 2023
Berdasarkan Tabel 2. menunjukan bahwa status hemoglobin responden mayoritas tidak mengalami anemia berjumlah 21 responden (45,7%), dan yang mengalami abortus sebanyak 14 responden (30,4%). Sedangkan pada responden dengan anemia mayoritas responden yang mengalami abortus sebanyak 9 responden (19,6%) dan yang tidak sebanyak 2 responden (4,3%).
Berdasarkan uji Chi-Square didapatkan P Value 0.035 lebih kecil dari 0.05, maka ada hubungan signifikan antara anemia dengan kejadian abortus. Dari analisis keeratan hubungannya menunjukkan nilai Odd Ratio (OR) 6,750 yang berarti bahwa responden dengan anemia sebanyak 6,750 kali beresiko mengalami abortus.
Menurut asumsi penulis anemia dalam kehamilan memberi pengaruh kurang baik bagi ibu, baik dalam kehamilan, persalinan maupun dalam nifas dan masa selanjutnya. Berbagai penyulit yang dapat timbul akibat anemia seperti abortus, partus premature, partus lama karena inertia uteri, perdarahan post partum karena antonia uteri, syok, infeksi, baik intrapartum maupun post partum. Anemia yang sangat berat dengan hemoglobin kurang dari 4g/100 ml dapat menyebabkan dekompensasi kordis. Hasil konsepsi anemia dalam kehamilan memberi pengaruh kurang baik, seperti kematian mudigah, kematian perinatal, prematuritas, dapat terjadi cacat-bawaan dan cadangan besi kurang. Jadi, anemia dalam kehamilan merupakan sebab potensial morbiditas serta mortalitas ibu dan anak. Selain itu faktor gizi kurang karena anemia atau anemia berat dapat menyebabkan terjadinya keguguran.
Tabel 3. Hubungan Penyakit Terhadap Kejadian Abortus
Berdasarkan Tabel 3. menunjukan bahwa status penyakit ibu mayoritas responden tidak memiliki penyakit yang tidak mengalami abortus berjumlah 17 responden (17%), dan yang mengalami abortus sebanyak 8 responden (17,4%). Sedangkan responden yang memiliki penyakit mayoritas mengalami abortus sebanyak 15 responden (32,6%) dan yang tidak sebanyak 6 responden (13%). Berdasarkan uji Chi-Square didapatkan P Value 0.017 lebih kecil dari 0.05, maka ada hubungan signifikan antara penyakit ibu dengan kejadian abortus. Analisis keeratan hubungannya nilai Odd Ratio (OR) 5,312 yang berarti bahwa responden yang memiliki penyakit sebanyak 5,312 kali beresiko mengalami abortus.
KESIMPULAN DAN SARAN
Dari hasil penelitian diatas menunjukan ada hubungan antara status anemia ibu dengan kejadian abortus. Hasil selanjutnya menunjukan ada hubungan antara penyakit ibu dengan kejadian abortus. Berdasarkan hasil ini diharapkan dapat menjadi tambahan informasi bahwa semua perempuan yang merencanakan kehamilan untuk memenuhi kebutuhan zat besi dan menjaga kesehatan agar terhindar dari ancaman keguguran.
Referensi:
Jurnal Medika Nusantara, diakses pada 2024. Hubungan Anemia dan Penyakit Ibu Terhadap Kejadian Abortus
jurnal.stikeskesdam4dip.ac.id/index.php/Medika/article/download/414/351
Penulis Jurnal Ilmiah:
Romlah, Prodi DIII Kebidanan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Katolik Musi Charitas
Anjelina Puspita Sari, Prodi DIII Kebidanan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Katolik Musi Charitas